Duduk Depan Belakang
Ratnasari, IPA A 2012 UNY
“Ma bosen cerita itu terus. Emm ayo
ma certain aja gimana dulu papa sama mama bisa jadian” kata seorang gadis kecil yang
sedang tiduran sambil memeluk gulingnya.
Seorang wanita
yang duduk di samping gadis kecil tadi berkata “eh anak kecil kok sudah tanya tentang jadian segala”
“Aaaa..ceritain donk ma, aku kan dah gede udah mau
13 tahun nih”pinta si anak.
“Nha kalau urusan
kaya gini ngakunya sudah jadi anak besar, tapi kok mama
tiap malam harus dongengin duluya sebelum tidur”jawab si wanita tersebut yang nampaknya seorang Ibu dari si gadis kecil.
“Ayolah
ma, pleass. . .”iba si anak sambil memegang tangan ibunya erat-erat.
“Ya udah deh,
mama certain” kata si Ibu sambil membuka memori yang telah lama
disimpan jauh-jauh selama 15 tahun yang
lalu. Kenangan dia dan suaminya tercinta bertemu dan berkisah dari sebuah kebiasaan di
sekolah.
Flashback
15 tahun yang lalu
------
Dari
arah selatan jalan raya, nampak seorang anak perempuan sedang lari-lari sambil maenan ponsel genggam seperti sedang sms dengan seseorang,
dengan bawaan buku paket fisika dan kimia serta tas ransel yang melekat pada punggungnya,
seakan menambah beban anak perempuan tersebut untuk berlari.
Terlihat sekali dari peluh keringat yang menetes di dahinya, yang
kemudian ia seka menggunakan kerudung putih yang ia gunakan. Dilihat dari mimik wajahnya tampaknya dia ketakutan karena jelas dia telah terlambat masuk kelas.Apalagi ditambah
jam pertama bertemu guru matematika yang wow buanget , super killer abis. Selain itu juga ditambah satpam penjaga pintu gerbang
yang ehmm lumayan galak juga.Sesampainya di pintu gerbang, ternyata dia sedikit beruntung,
yah karena pak satpam yang biasanya telah standbay menjaga pintu gerbang di
depan sekolah, entah dimana beliau gak ada. Haha sedikit membuat senang hati gadis itu,
dan akhirnya dia dapat lolos dari rintangan pertama bertemu seekor macan berwujud manusia .
Gadis kecil dengan tinggi
160cm dengan berat badan 44 kg ini,
nampak mulai deg-degan saat akan memasuki ruang kelasnya XI IPA 2. Tok tok tok. .
ayuhan tangan gadis ini mengetuk pintu kelas. Oh iya lupa diperkenalkan, nama gadis ini adalah
Chika, Chika adalah siswi dari sekolah yang cukup ternamalah di Yogyakarta ini,
walaupun sekolah ini sungguh mewah
(mepet sawah), kanan kiri belakang sekolah ini dikelilingi oleh pematang-pematang sawah.
Namun peran sekolah ini lumayanlah, pernah berkancah dengan sekolah SMA lainnya di
tingkat Provinsi.
“Ya masuk“
terdengar suara arah dalam yang menjawab ketukan pintu dari Chika. Chika
kemudian membuka pintu kelas dengan muka pasrah ,agak menundukan kepalanya. Ternyata di dalam kelas telah ada guru Chika yang sedang duduk di kursi guru. Nah
inilah pak guru matematika yang super wow maha dahsyat
killer, pak Bambang namanya
yang sangaaat ditakuti oleh Chika. Pak Bambang dengan muka garangnya seakan-akan seperti macan
yang akan menerkam Chika si ayam kecil sebagai santapan lezat seperti tak pernah makan
10 hari lamanya. “Chikaaaa. . . kesini cepat. Mengapa bisa kamu terlambat?” tanya pak Bambang.
“Anu pak,
ma maaf tadi saya bangun kesiangan”
“Bangun kesiangan,
bangun kesiangan terus saja alasannya, ya udah sana duduk. Kalau besuk lagi kamu terlambat
di kelas bapak, kamu tidak boleh masuk”
“Iya pak terimakasih”
“Sana
cepat duduk !!”
Si
Chika kemudian mencari Rere,
teman sebangku yang selalu setia menemaninya. Sepertinya tidak sulit untuk mencari tempat duduk Chika, karena dimana ada Aryo di belakang Aryolah tempat duduk Chika. Dan pojok kanan kelaslah si Rere duduk sambil terkekeh melihat Chika yang sedang berjalan mendekatinya
“haha baru disembur macan ya,
mukanya pucat gitu” ledek Rere.
“wuuu dasar loe,
liat temennya sengsara malah diketawain” timpal Chika
“hehe
map prend, kidding lho just kid just kid, eh yang penting kan aku dah
memenuhi amanah loe, cari tempat duduk di belakang Aryo. Kamu juga sih belakangan ini sering telat,
udah tahu pak Bambang galak banget,
masih berani-beraninya masuk telat“ kata si Rere.
Si
Chika hanya diam saja mendengar pernyataan Rere dan segera mengambil buku di
tasnya untuk mencatat pelajaran yang disampaikan pak Bambang. Sebenarnya Chika anak yang rajin,
dan tidak pernah terlambat berangkat sekolah. Tetapi belakangan ini Chika sering telat dikarenakan ibunya yang
sedang sakit. Ibunya baru jatuh dari sepeda motor saat ibunya akan pulang ke rumah. Sepeda
motor ibunya menabrak seorang pembawa damen (padi
yang sudah diambil bijinya) kemudian jatuh di selokan, sehingga kaki ibu Chika memar dan masih sakit untuk berdiri maupun berjalan.
Oleh karena itu, Chika sebagai anak perempuan satu-satunya,
sebelum berangkat ke sekolah
membantu ibunya membersihkan rumah, memasak terlebih dahulu
agar ibunya tidak terlalu banyak gerak karena sedang sakit.
Teeeeeet…
bel sekolah pun berbunyi, tanda pelajaran pak Bambang harus segera disudahi. Pak
Bambang pun
kemudian berpamitan untuk meninggalkan kelas. Namun seperti biasanya bukan pak Bambang namanya kalau tidak menyiksa muridnya.
“Selalu deh ada
PR diakhir pelajaran mister Bambang” celoteh si Rere
“haha aku bilangin ke pak Bambang lho
re,” kata Chika
“Ihh dasar jahat banget deh jadi teman”
timpal Rere
Si
Chika dan si Rere asik ketawa ketiwi, membicarakan pak Bambang guru matematika mereka. Chika dan Rere adalah sahabat yang baik,
walaupun sering bertolak belakang, mereka belum pernah bertengkar serius. Si Rere sangat memahami chika,
apalagi tentang asmara Chika
yang menyukai teman lelakinya di kelas yang namanya Aryo. Mereka berdua selalu mencari tempat duduk
yang di depannya ada si Aryo,
biasa cara PDKT tercepat adalah metode duduk depan belakang.
Tapi walaupun sering sekali Chika duduk
di belakang Aryo,
Aryo tidak pernah bercanda dengannya. Malah terkesan saling berdiaman walaupun duduk depan belakang.
Aryo menoleh ke belakang pun hanya saat meminjam barang seperti tipex atau pun menyerahkan presensi bergilir. Suatu hari Chika curhat kepada Rere mengenai Aryo.
“Re
kenapa ya Aryo gak pernah ngobrol sama aku ataupun ngajak bercanda aku,
jangan – jangan dia sebal sama aku gara – gara selalu membuntutinya duduk di belakang?” keluh chika.
“Haha bisa jadi Chik, dia bosan kali
tiap menoleh ke belakang ada seonggok manusia jelek kaya kamu” ledek Rere.
“Hiks… jahat bangat kamu Re”
Hahahah Rere hanya ketawa terpingkal – pingkal melihat wajah Chika yang cemberut.Chika
terdiam sejenak melihat Aryo di depannya sambil bergumam dalam hati,
hai kawan aku sungguh menyukaimu, lihatlah aku selalu ada di belakangmu menunggumu.
Hari berlalu seperti biasanya. Namun pagi ini keadaan Chika tidak seperti biasanya.Dia ngerasa
tidak enak badan, dari rumah perutnya sakit seperti ingin pup . Saat diajak untuk ke kantin
bersama Rere pun Chika tidak mau, dia lebih memilih berada didalam kelas. Saat di
kelas Chika hanya berdua bersama Aryo, tidak tahu kenapa Aryo juga tidak pergi
bersama teman – temannya. Suasana kelaspun hening, tiba – tiba terdengar bunyi
tuut. . . keras sekali. Ternyata suara itu berasal dari Chika yang kentut
karena perutnya sedang sakit. Untuk pertama kalinya Aryo menoleh ke belakang
dan melihat chika sambil tertawa terpengkal – pengkal. Chika sangat malu dan
lari ke luar kelas. Sejak kejadian itu, Chika tidak lagi mencari tempat duduk
di belakang Aryo.
Dua hari kemudian
---
Telolet telolet. . tiba-tiba
ponsel genggam Chika berbunyi, membangunkan Chika yang sedang melamun di teras rumah. WOOOW ternyata itu sms dari Aryo. Betapa senang hati Chika
dengan rasa sedikit curiga kenapa si Aryo sms dia.
Aryo : Hai selamat sore, lagi apa chika?
Chika : Sore juga, age duduk ajah, tumben sms
Sms mereka pun berlanjut dari hal sepele menjadi hal yang
kompleks mengenai Chika tidak lagi duduk di belakang Aryo. Chika pun
menceritakan bahwa ia sangat malu atas kejadian kemaren. Aryo mencoba untuk
menyemangati Chika dan menyakinkan bahwa itu hal yang wajar, Aryo juga berjanji
tidak akan cerita kejadian tersebut kepada siapa – siapa. Aryo juga bercerita
bahwa selama ini dia tidak pernah berani menengok ke belakang karena sebenarnya
Aryo gugup ketika berhadapan dengan Chika. Hal itu dikarenakan. . . karena Aryo
juga menyukai Chika.
“Nah sejak saat itu mama jadian sama papa, terus menikah
akhirnya ada kamu deh” kata ibu sambil mencubit pipi gembul anaknya.
“Emmm gitu to ma, lucu ya” kata sang anak.
“Hustt.. sudah sudah ayo cepat tidur sudah malam, selamat
tidur sayang”
“Oke maa..”
Ibu dari sang anak itu pun keluar dari kamar anaknya, dan
masuk ke dalam kamar tidurnya sambil melihat foto – foto pernikahan dia dengan
Aryo sang suaminya yang telah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan
mobil. Sambil meneteskan air mata, Chika bergumam dalam hati ‘mas andai kamu
masih hidup, aku tidak akan kentut di dekat kamu lagi” haha sambil tersenyum. Seorang
janda anak 1 itu pun tertidur di temani bulan yang bersinar terang diluar.