Selasa, 15 Maret 2016

Meracau


Duduk di pojok. Termenung melihat awan-awan yang bergerak. Bising di samping-samping terasa mengabur. Hanya musik kecil yang terdengar di telingaku. Menari jari terus menari ingin bercerita. Bercerita akan hal yang telah dihadapi oleh hati ini. Hati yang berada didalam raga dan jiwa ini. Mulut yang tidak bisa bicara lagi karena entah kata apa yang dapat dikeluarkan. Mulut bingung kata apa yang bisa mewakili segala perasaan hati ini. Mulut yang tak kuasa berbicara. Mulut yang kadang malah meracau, menyangkal kebenaran. Berbohong berkata tak mau mengikuti kata hati

“Im fine” “Im fine”

Mulut seringkali tak menyukai perasaan dari hati. Mulut yang seakan sangat pintar untuk menyembunyikan. Hanya mata yang selalu berkata jujur. Saat hati teriris, dia keluar air mata

“Cengeng kamu cengeng”

Iya memang seperti ini aku. Terlahir memiliki hati yang terlalu lembut, dengan mata yang terlalu mudah menangis. Aku mellow aku memang tipe mellow. Namun setelah itu aku bisa tegar, sekuat baja walau terus ditempa. Tapi aku harus melewati proses ini

Termenung disudut pojok ruangan. Ku biarkan jari-jariku menari. Meracau membabi buta menuliskan segala kata yang ingin ditulis

Terpojok di sudut ruangan berteman dengan kesendirian. Sebelumnya bertemu dengan beberapa teman

Mereka selalu menanyakan hal yang sama ketika melihat mataku

“Kamu menangis ya? Kamu menangis?”

Sang mulut menjawabnya “tidak, aku tidak menangis, aku hanya kurang tidur hehe”. Mulut bisa berpura tertawa

Duduk duduk disudut ruangan

Aku menyadari akan beberapa hal. Banyak hikmah yang dapat aku petik didalam hidup ini. Bertemu dengan banyak orang yang mungkin sedang bertopeng seperti aku. Aku seperti meracau. Jujur aku sedang sedih. Aku ingin membabi buta di tulisan

Izinkanlah aku menulis tanpa merangkai kata yang indah. Entah aku hanya ingin mengeluarkan kesedihan ini lewat tulisan. Izinkan aku membabi buta ditulisan

Aku ingin menulis

Aku ingat beberapa teman yang telah pergi lalu datang teman yang lain. Alur yang sama semua yang datang pasti akan pergi, lalu datang yang lain lagi. Tapi lagi-lagi aku akan sendiri lagi.

Aku memetik hal itu bahwa memang kelak aku pun akan sendiri. Iya ketika aku mati, aku akan sendiri tak akan ada teman yang menemani

Aku takut mati, tapi aku ingin mati, terkadang aku ingin mati

Aku ingin sendiri, tapi terkadang aku ingin banyak orang

Aku orang yang plinplan, sangat plinplan jika itu beurusan dengan kamu

Aku harus pergi aku ingin pergi melihat lingkungan yang baru

Aku ingin keluar kota aku ingin pergi keluar negri

Aku ingin mengabdi aku ingin mengajar akau ingin ke pelosok

Aku ingin bertemu anak-anak

Aku ingin mencurahkan kasih sayang

Aku ingin mendapat kasih sayang

Aku ingin berguna

Aku ingin menujukkan sebenarnya siapa aku

Aku tersesak batinku terkukung

Apa mauku, aku tak tahu apa mauku

Aku seperti bersandiwara siapa aku yang sesungguhnya

Siapa aku siapa aku

Duduk termenung dipojok ruangan aku menuliskan segala hal

Biarkan tanganku menari-nari diatas keyboard ini

Aku ingin menulis aku ingin membabi buta aku ingin meracau dalam tulisan

Karena hatiku sedih

Kertas Putih


Jangan ada yang mendekat lagi

Siapapun jangan mendekat

Ku ingin sendiri

Memang seperti ini harusnya

Pangeran katak, kelinci, peri kecil, raja kulukumba, putri terongsari bulsyit semua

Aku selembar kertas putih

Iya kertas putih

Tolong jangan ada yang menodai lagi

Biarkan tetap putih

Sampai akhirnya ada hujan yang menghancurkan kertas itu

Tapi biarkan tetap putih

Jangan nodai

Biarkan aku rusak dalam keadaan putih

Rusak berkeping keping hingga kau tak dapat menggoreskan kisah lagi

Aku tak mau digores tinta hitam lagi

Aku tak mau lagi merekam cerita dari goresan tintamu

Aku sudah tak berniat menjadi sebuah buku yang indah

Menjadi sekumpulan kertas yang bergoreskan tinta warna warni

Merangkai sebuah cerita yang indah

Aku tak berniat lagi

Aku tak mau lagi buku itu

Karena semua itu bohong

Yang ada dari kamu hanya goresan tinta hitam itu

Aku tak mau lagi

Aku tak mau lagiii

Hati Ekor Cicak


Kamu kamu kamu kamu pematah hatiku

Sudah terlalu sering kau mematahkan aku

Tapi kenapa hatiku seperti ekor cicak

Sudah dipatahkan tetapi masih muncul lagi

Lalu kau patahkan lagi

Lalu muncul lagi

Aku muak

Aku benci seperti ini

Aku gak mau hati seperti ekor cicak

 

Bentur Ingatan


Bentur

Ku ingin benturkan kepala kemana saja

Ke tembok, ke meja, ke kursi

Ku ingin benturkan semua

Semua ingatan tentangmu

Tentangmu yang selalu menyiksaku

Hancur lebur lebur sudah ingatan itu

Tolong hancur hancur sampai tak ada kepingan yang tersisa

Ku ingin baru

Ku ingin menjadi baru kembali dengan otak yang baru

Baru tak mengenal perih

Baru yang seperti baru belajar

Ku ingin baru

Tolong siapapun bantulah aku L

Racun


Kala mendung malam menggelisahkan jiwa yang sedang gersang

Nampak hujan lebat diluar sana

Kenapa sangat kering di dalam sini

Engkau tak mengerti segala asa yang telah di junjung

Engkau tak mau mengerti setiap gantungan emosi harap kepadamu

Engkau tak pernah mengerti setiap penantian yang selalu ku untai

Kabar atau entah cerita sekedar ingin tahu akan engkau

Engkau tak akan mengerti

Karena engkau bukan yang mencinta

Mencintaimu seperti menegak racun kuat membakar urat-urat nadi

Tapi entah kenapa tetap saja ku meneguknya

Template by:

Free Blog Templates